Pengantar Manajemen Bencana
Pengertian Bencana, Bahaya, Risiko dan
Kerentanan.
◙ Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang
serius akibat fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia
yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan
lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk
mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.
Disaster terdiri dari 2(dua) komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;
◙ Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang
luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan
harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan. Misal :
tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api, kebakaran dll;
◙ Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan
atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan
diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;
◙ Risiko ( Kerentanan ) adalah kemungkinan
dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau
vulnerability.
Bencana = Bahaya x Kerentanan
GEJALA FISIK BAHAYA
1.
Gempa bumi
Karakteristik
|
Tingkat Kerentanan
|
Hal yang perlu
dipertimbangkan
|
Gejala :
Bergesernya
kristal batuan disepanjang daerah yang rapuh dan saling bertabrakan;
Karakteristik umum
Bergetarnya bumi akibat gelombang dan dibawah permukaan bumi karena:
·
Permukaan yang bergeser
·
Hentakan
·
Tsunami
·
Getaran
·
Mencairnya es
·
Tanah longsor
Hal-hal yang dapat
diprediksikan
Kemungkinan
terjadinya gempa bumi dapat diramalkan tetapi tidak dapat ditentukan waktunya
secara tepat. Ramalan tersebut
berdasarkan pemantauan kegiatan seismik (hal-hal yang berhubungan dengan
gempa bumi), sejarah bencana, dan observasi.
|
Faktor penyebab
kerentanan
· Lokasi wilayah
seismik (kedekatan wilayah pemukiman dengan wilayah/pusat gempa)
·
Struktur yang tidak
tahan terhadap pergerakan tanah
· Tingkat kepadatan
bangunan yang tinggi
·
Kurangnya akses
informasi mengenai resiko gempa bumi
Dampak yang khas
·
Kerusakan fisik –
Rusak atau hancurnya struktur dan infrastruktur. Kebakaran, rusaknya
bendungan, tanah longsor, dan banjir mungkin saja terjadi.
·
Korban – cenderung
banyak, khususnya dekat episenter atau wilayah dengan tingkat populasi
tinggi, atau bangunan yang rapuh.
·
Persediaan air –
Masalah yang sering muncul biasanya karena rusaknya sistem air, polusi sumur
yang terbuka.
· Kesehatan – kasus luka patah tulang merupakan permasalahan utama. Ancaman lainnya adalah persediaan air atau
rusaknya sistem sanitasi.
|
Upaya mengurangi resiko
·
Pemetaan hazard (wilayah rawan gempa/bencana)
·
Pelatihan dan program penyadaran masyarakat
·
Penilaian dan
mengurangi struktur tingkat kerentanan
·
Manajemen dan
pemetaan penggunaan tanah dan pengkodean bangunan
·
Asuransi
Upaya
kesiapsiagaan
Mencermati
informasi peringatan dini dan kesiapsiagaan gempa bumi
Kebutuhan paska
bencana
·
Pencarian dan penyelamatan
·
Bantuan medis darurat
·
Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
·
Bantuan pangan
·
Rekonstruksi/perbaikan
·
Pemulihan ekonomi
|
2.
Letusan gunung berapi
Karakteristik
|
Tingkat Kerentanan
|
Hal yang perlu
dipertimbangkan
|
Gejala :
Bahan dasar letusan gunung berapi adalah
magma dan akumulasi tekanan gas yang meningkat mengakibatkan terjadinya
semburan magma, yang disebut sebagai letusan.
Karakteristik umum
:
·
Hujan abu
·
Arus pyroclastic/awan panas
·
Aliran lumpur atau puing
·
Lahar
·
Gas
·
Tsunami
Hal-hal yang dapat
diprediksikan
Ramalan jangka pendek dalam hitungan jam
atau bulan, yang dapat dilakukan melalui teknik pemantauan dan observasi
seismik, perubahan tanah, pencatatan perubahan hidrotermal, geokimia, dan
geoelektrik.
|
Faktor penyebab
kerentanan
·
Gunung yang kaya
tanah (subur) menarik perhatian orang-orang untuk menetap.
·
Struktur dengan
desain atap yang tidak tahan terhadap akumulasi abu, akan sangat rentan
bahkan dalam jarak bermil-mil dari gunung berapi.
Dampak yang khas
·
Korban – luka,
terbakar, aspaksia, keracunan gas, air terkontaminasi bahan kimia.
·
Kerusakan struktur –
Arus pyroclastic akan menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya. Abu
dapat merusak struktur bangunan/benda tinggi. Abu panas menyebabkan kebakaran.
Banjir merupakan hasil dari terputusnya atau berbeloknya arus air. Arus
lumpur dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau benda lain.
·
Persediaan makanan
dan hasil panen – kerusakan disebabkan karena arus abu, lumpur, pyroclastic
atau lahar. Peternakan mungkin juga akan terkena dampaknya
|
Upaya mengurangi tingkat resiko
·
Relokasi/penampungan
·
Manajemen pemanfaatan tanah
·
Evakuasi
Upaya
kesiapsiagaan
·
Pemantauan aktifitas gunung berapi
·
Pengembangan rencana kedaruratan gunung berapi
·
Pelatihan dan partisipasi masyarakat
Kebutuhan paska
bencana
·
Evakuasi
·
Bantuan medis darurat
·
Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
·
Bantuan pangan, sandang
·
Relokasi/penampungan
·
Pemulihan ekonomi
|
3.
Tanah longsor
Karakteristik
|
Tingkat Kerentanan
|
Hal yang perlu
dipertimbangkan
|
Gejala
Miring/longsornya
tanah dan batuan akibat getaran, perubahan arah air, beban yang berlebihan,
cuaca, bergesernya penopang, komposisi aliran air, rapuhan, berkurangnya
unsur pengikat tanah, dan lereng buatan manusia.
Karakteristik umum
·
Jenis gerakan tanah longsor bervariasi: jatuh, longsor, robohnya penopang bumi, dan
mungkin juga karena badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi.
·
Lebih luas daripada
gejala alam lainnya.
Hal-hal yang dapat diprediksikan
·
Frekuensi kejadian, luas, dan dampak tanah longsor
mungkin dapat diramalkan, dan wilayah resiko tinggi juga dapat ditentukan
dengan cara memanfaatkan informasi geologi, geomorfologi, hidrologi,
klimatologi, dan vegetasi.
|
Faktor penyebab kerentanan
·
Perumahan/bangunan di
lereng, tanah yang rapuh, karang diatas bukit
·
Perumahan/bangunan di dasar lereng, atau lembah
·
Jalur komunikasi dan
jalan di wilayah pengunungan
·
Bangunan berpondasi lemah
·
Pipa yang mudah rusak, jalur pipa yang terkubur
·
Kurangnya pemahanan
mengenai bahaya dan dampak tanah longsor
Dampak yang khas
·
Kerusakan fisik –
Semua yang berada diatas atau sekitar jalur longsor akan mengalami kerusakan.
Pecahan batu akan menghalangi jalan, jalur komunikasi atau aliran air. Dampak
tidak langsung yang muncul mungkin rusaknya hasil pertanian, hutan, banjir,
dan berkurangnya nilai property.
·
Korban – Kefatalan
terjadi karena longsornya lereng. Runtuhan puing atau banjir lumpur dapat
menyebabkan ribuan korban meninggal
|
Upaya mengurangi tingkat resiko
·
Pemetaan hazard
·
UU penggunaan tanah
·
Asuransi
Upaya kesiapsiagaan
·
Pendidikan
·
Sistem monitoring
(pemantauan), peringatan dan evakuasi
Kebutuhan paska bencana
·
Pencarian dan
penyelamatan (menggunakan alat pengerukan
tanah)
·
Bantuan medis
·
Penampungan darurat
|
4.
Banjir
Karakteristik
|
Tingkat Kerentanan
|
Hal yang perlu
dipertimbangkan
|
Gejala
·
Secara alamiah terjadi secara cepat, di daerah sungai
atau pantai karena hujan yang terus menerus atau bersifat musiman.
·
Ulah manusia dalam hal pemanfaatan lahan dan
penampungan air.
Karakteristik umum
·
Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya – kedalaman
air, durasi, kecepatan air, rata-rata kenaikan air, frekuensi kejadian, cuaca
·
Banjir bandang –
bendungan rusak, hujan yang tidak berhenti, hujan lebat secara tiba-tiba
·
Banjir sungai – lambat, dan biasanya musiman
·
Banjir pantai –
berhubungan dengan angin tropis, gelombang tsunami, dan badai
Hal-hal yang dapat diprediksikan
Banjir biasanya tergantung pada
musim, kapasitas penampungan air, dan survey pemetaan wilayah banjir.
Beberapa sistem peringatan mungkin telah dipersiapkan, tetapi kadang hanya
sedikit yang dilaksanakan, terutama sebelum banjir bandang dan tsunami
terjadi.
|
Faktor penyebab kerentanan
·
Perumahan yang berada
di daerah banjir
·
Kurangnya kesadaran
akan bahaya dan dampak banjir
·
Berkurangnya
kemampuan penyerapan tanah (erosi, bangunan beton)
·
Pondasi tanah dan
bangunan tidak tahan air
·
Elemen infrastruktur yang beresiko tinggi
·
Persediaan bahan pangan, pertanian, dan peternakan dan
tidak disimpan dengan baik
·
Industri maritim dan perkapalan ikan
Dampak yang khas
·
Kerusakan fisik –
Struktur menjadi rusak atau hanyut, hancur. Tanah longsor karena tanah
menjadi basah. Kerusakan
dilembah lebih besar daripada di wilayah terbuka
·
Korban – meninggal
karena tenggelam, atau luka serius
·
Persediaan air – air tanah dan air sumur yang
terkontaminasi. Air bersih mungkin tidak tersedia
·
Kesehatan – penyakit
yang mungkin muncul: malaria, diare, infeksi
·
Persediaan makanan dan hasil pertanian– persediaan
makanan dan pertanian mungkin rusak
|
Upaya mengurangi resiko
·
Kontrol banjir – bendungan, saluran air Banjir –
kontrol erosi
·
Penilaian resiko dan pemetaan hazard
·
Manajemen penggunaan tanah
·
Mengurangi struktur tingkat kerentanan
·
Penghijauan (reboisasi)
Upaya kesiapsiagaan
·
Deteksi banjir dan sistem penyadaran
·
Pendidikan dan partisipasi masyarakat
·
Pengembangan rencana manajemen wilayah banjir
Kebutuhan paska bencana
·
Pencarian dan penyelamatan
·
Bantuan kesehatan
·
Penilaian bencana
·
Air bersih
·
Penyediaan makanan
dan minuman jangka pendek
·
Pemantauan epidemologi
·
Penampungan sementara
|
5.
Kekeringan
Karakteristik
|
Tingkat Kerentanan
|
Hal yang perlu
dipertimbangkan
|
Gejala
·
Sebab utama –
kurangnya curah hujan
·
Sebab lain – El
Nino (serangan air permukaan panas ke air yang lebih dingin di Pasifik
timur); makhluk hidup dapat menyebabkan perubahan pada permukaan tanah.
Karakteristik umum
·
Air dan kelembaban akan berkurang
·
Kekeringan secara meteorologi – curah hujan dibawah
harapan (kurang), dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas.
·
Kekeringan hidrologi – terjadi karena defisit air pada
permukaan (kondisi dibawah normal) atau frekuensi air tanah yang kurang.
·
Kekeringan agrikultur – terjadi karena kurangnya
frekuensi dan sebaran hujan, penyerapan serta penguapan air yang menyebabkan
rusak/berkurangnya lahan pertanian atau peternakan
Hal-hal yang dapat diprediksikan
·
Periode kekeringan
yang tidak normal biasanya terjadi pada musim panas yang normal. Belum ada
metode yang secara tepat dapat meramalkan waktu dan lama kejadian, kapan
berakhir dan kapan akan terjadi lagi.
·
Analisa data klimatologi dapat membantu persiapan
penilaian (assessment).
·
Besar – skala kekeringan di
|
Faktor penyebab kerentanan :
·
Wilayah dengan
kondisi panas, dan meningkat menjadi periode kekeringan
·
Wilayah pertanian
berada ditanah yang berlapis tipis
·
Kurangnya penghijauan/pepohonan
·
Kurangnya penanaman
·
Suatu wilayah tergantung pada hujan sebagai sumber air
·
Rendahnya daya serap
dan kelembaban tanah
·
Kurangnya kemampuan
mengenali sumber hazard kekeringan
Dampak yang khas :
·
Berkurangnya pendapatan petani
·
Peternakan dan pertanian rusak
·
Berkurangnya kualitas dan kuantitas bidang agrikultur
(pertanian dan perkebunan)
·
Meningkatnya harga-harga
·
Rata-rata inflasi meningkat
·
Menurunnya status
gizi, timbulnya penyakit, kematian, dan kelaparan
·
Berkurangnya sumber air minum
·
Migrasi
|
Upaya mengurangi resiko :
·
Pengembangan
rencana respon antar institusi;
Upaya kesiapsiagaan :
·
Sistem peringatan
dini tentang kelaparan dan kekeringan;
Kebutuhan paska bencana
·
Upaya mempertahankan
ketersediaan makanan Harga yang stabil
·
Subsidi makanan
·
Program penciptaan
lapangan dan tenaga kerja
·
Distribusi makanan
·
Program makanan tambahan
·
Program-program
khusus dibidang peternakan dan perkebunan
·
Program kesehatan dan air
·
Rehabilitasi
|
Siklus bencana dan fase-fase dalam
Manejemen Bencana
I. Kunci Materi :
Siklus
Bencana
◙
Tanggap Darurat Bencana :
Serangkaian tindakan yang diambil secara cepat
menyusul terjadinya suatu peristiwa bencana, termasuk penilaian kerusakan,
kebutuhan (damage and needs assessment), penyaluran bantuan darurat, upaya
pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana;
Tujuan :
§ Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia;
§ Mengurangi penderitaan korban bencana;
§ Meminimalkan kerugian material;
◙ Rehabilitasi :
§ Serangkaian kegiatan yang dapat membantu korban bencana untuk kembali pada
kehidupan normal yang kemudian diintegrasikan kembali pada fungsi-fungsi yang
ada di dalam masyarakat. Termasuk
didalamnya adalah penanganan korban bencana yang mengalami Trauma Psychologis;
§ Misalnya : renovasi atau perbaikan sarana-sarana umum, perumahan dan tempat
penampungan sampai dengan penyediaan lapangan kegiatan untuk memulai hidup
baru;
◙ Rekonstruksi :
Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan situasi
seperti sebelum terjadinya bencana, termasuk pembangunan infrastruktur,
menghidupkan akses sumber-sumber ekonomi, perbaikan lingkungan, pemberdayaan
masyarakat;
Berorientasi pada pembangunan - tujuan :
mengurangi dampak bencana, dan di lain sisi memberikan manfaat secara ekonomis
pada masyarakat;
◙
Prevensi :
Serangkaian kegiatan yang
direkayasa untuk menyediakan sarana yang dapat memberikan perlindungan
permanen terhadap dampak peristiwa alam, yaitu rekayasa teknologi dalam
pembangunan fisik;
-
Upaya memberlakukan ketentuan-ketentuan -Regulasi- yang memberikan
jaminan perlindungan terhadap lingkungan hidup, pembebasan lokasi rawan bencana
dari pemukiman penduduk; Pembangunan saluran pembuangan lahar;
-
Pembangunan kanal pengendali banjir;
-
Relokasi penduduk;
◙ Kesiapsiagaan Bencana :
Upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat (individu, kelompok,
organisasi) dapat mengatasi bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur
dan mekanisme tanggap darurat yang sistematis;
Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dan
kerusakan sarana-sarana pelayanan umum;
Kesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya
mengurangi tingkat resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan),
pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, pelatihan warga di lokasi rawan
bencana;
◙
Mitigasi :
Serangkaian tindakan yang dilakukan sejak
dari awal untuk menghadapi suatu peristiwa alam – dengan mengurangi atau
meminimalkan dampak peristiwa alam tersebut terhadap kelangsungan hidup manusia
dan lingkungan hidupnya (struktural);
Upaya penyadaran masyarakat
terhadap potensi dan kerawanan (hazard) lingkungan dimana mereka berada,
sehingga mereka dapat mengelola upaya kesiapsiagaan terhadap bencana;
§
Pembangunan dam penahan banjir atau ombak;
§ Penanaman pohon bakau;
§ Penghijauan hutan;
◙
Sistem Peringatan Dini
:
§
Informasi-informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang kapan suatu
bahaya peristiwa alam dapat diidentifikasi dan penilaian tentang kemungkinan
dampaknya pada suatu wilayah tertentu;
Pengantar Tanggap Darurat.
FASE
TANGGAP DARURAT
Tujuan dari fase tanggap darurat adalah :
☻
Membatasi korban dan
kerusakan
☻
Mengurangi penderitaan
☻
Mengembalikan kehidupan
dan sistem masyarakat
☻
Mitigasi kerusakan dan
kerugian
☻
Sebagai dasar untuk
pengembalian kondisi
Namun, keberhasilan pencapaian tujuan
dipengaruhi oleh dua faktor lain, yaitu :
☻
Informasi è Seberapa banyak informasi yang kita dapatkan mengenai bencana dan akibat
yang ditimbulkan
☻
Sumber Daya è Seberapa kuat sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan sumber daya
lokal.
LANGKAH – LANGKAH TANGGAP DARURAT
1. Kesiapsiagaan individu
☻
Kesiapsiagaan individu
merupakan hal – hal yang harus diperhatikan SEBELUM terlibat dalam tindakan
tanggap darurat, karena menyangkut keselamatan diri, dan seluruh anggota
lainnya. Termasuk didalam Kesiapsiagaan individu adalah koordinasi PB. Namun
karena hal ini dilakukan dalam setiap tahap tindakan tanggap darurat, maka
koordinasi PB akan dibahas tersendiri.
2. Koordinasi PB
☻
Koordinasi PB adalah
segala bentuk komunikasi, baik komunikasi internall maupun eksternal, yang
bertujuan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana. Koordinasi dilakukan
dalam setiap tahapan pada tanggap darurat.
3. Assessment
☻
Assessment adalah
penilaian keadaan. Seperti koordinasi, assessment juga dilakukan dalam setiap
tahapan dalam tanggap darurat. Namun, untuk tindakan awal, yang harus dilakukan
adalah assessment cepat, yang dilanjutkan dengan assessment detil.
4. RenOps -SDP-
☻
Rencana Operasi atau
Service Delivery Plan, adalah sebuah perencanaan yang dibuat berdasarkan hasil
dari assessment. RenOps juga merupakan perwujudan dari Action Plan.
5. Distribusi Bantuan
☻
Distribusi Bantuan atau
relief distribusi adalah langkah berikutnya setelah RenOps disetujui. Dalam
distribusi bantuan juga terkait mengenai masalah pergudangan.
6. Monitor dan evaluasi
☻
Monitor dan
evaluasi adalah metode untuk memantau
kegiatan. Secara garis besar, yang dipantau adalah kegiatan distribusi bantuan,
namun dapat juga melihat keseluruhan proses tanggap darurat.
KEBIJAKAN TANGGAP
DARURAT PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL
☻
Memberikan bantuan
kepada golongan yang paling rentan
☻
Berperan sebagai
perpanjangan tangan dari pelayanan sosial pemerintah
☻
Melaksanakan tanggap
darurat sesuai dengan prinsip – prinsip Kepalangmerahan
☻
Bekerja sesuai dengan
kompetensi Palang Merah, namun tetap harus mengikutsertakan masyarakat penerima
bantuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program
☻
Kegiatan berdasarkan
pada perencanaan kesiapsiagaan yang telah ditetapkan.
☻
Bekerjasama dengan
masyarakat untuk ketahanan program
☻
Program darurat terus
dilanjutkan hingga ancaman sudah berkurang, dan bila akan dilanjutkan, maka
lebih berfokus pada kerangka mekanisme rehabiltasi
☻
Memaksimalkan
keunggulan strategi International Federation, untuk memobilisasi semua sumber
yang ada.
☻
(Kebijakan ini
merupakan kebijakan Federasi, dengan ruang lingkup Masyarakat Palang Merah di
dunia. Untuk diterapkan di Indonesia, maka perlu disesuaikan dengan situasi dan
kondisi. Untuk poin 8, sumber daya yang berada dalam keluarga Internasional
Federation adalah Masyarakat Palang Merah. Untuk Palang Merah Indonesia, sumber
daya yang berada di dalamnya adalah keberadaan PMI Daerah, Cabang, dan Ranting
yang tersebar di seluruh Indonesia)
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !