Headlines News : Info Terkini Palang Merah Indonesia Prov. Kaltim
Home » » Manajemen Penanggulangan Bencana

Manajemen Penanggulangan Bencana

Written By PMI Prov. Kaltim on Senin, 13 Mei 2013 | 17.23


Pengantar Manajemen Bencana

Pengertian Bencana, Bahaya, Risiko dan Kerentanan.

   Bencana ( Disasters ) adalah kerusakan yang serius akibat fenomena alam luar biasa dan/atau disebabkan oleh ulah manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, kerugian material dan kerusakan lingkungan yang dampaknya melampaui kemampuan masyarakat setempat untuk mengatasinya dan membutuhkan bantuan dari luar.  Disaster terdiri dari 2(dua) komponen yaitu Hazard dan Vulnerability;



   Bahaya ( Hazards ) adalah fenomena alam yang luar biasa yang berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta-benda, kehilangan mata pencaharian, kerusakan lingkungan.  Misal :  tanah longsor, banjir, gempa-bumi, letusan gunung api, kebakaran dll;

   Kerentanan ( Vulnerability ) adalah keadaan atau kondisi yang dapat mengurangi kemampuan masyarakat untuk mempersiapkan diri untuk menghadapi bahaya atau ancaman bencana;

   Risiko ( Kerentanan ) adalah kemungkinan dampak yang merugikan yang diakibatkan oleh hazard dan/atau
vulnerability.
Bencana = Bahaya x Kerentanan


GEJALA FISIK BAHAYA

1.   Gempa bumi

Karakteristik
Tingkat Kerentanan
Hal yang perlu dipertimbangkan
Gejala :
Bergesernya kristal batuan disepanjang daerah yang rapuh dan saling bertabrakan;

Karakteristik umum
Bergetarnya bumi akibat gelombang dan dibawah permukaan bumi karena:
·         Permukaan yang bergeser
·         Hentakan
·         Tsunami
·         Getaran
·         Mencairnya es
·         Tanah longsor

Hal-hal yang dapat diprediksikan
Kemungkinan terjadinya gempa bumi dapat diramalkan tetapi tidak dapat ditentukan waktunya secara tepat.  Ramalan tersebut berdasarkan pemantauan kegiatan seismik (hal-hal yang berhubungan dengan gempa bumi), sejarah bencana, dan observasi.

Faktor penyebab kerentanan
·      Lokasi wilayah seismik (kedekatan wilayah pemukiman dengan wilayah/pusat gempa)
·      Struktur yang tidak tahan terhadap pergerakan tanah
·      Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi
·      Kurangnya akses informasi mengenai resiko gempa bumi

Dampak yang khas
·      Kerusakan fisik – Rusak atau hancurnya struktur dan infrastruktur. Kebakaran, rusaknya bendungan, tanah longsor, dan banjir mungkin saja terjadi.

·      Korban – cenderung banyak, khususnya dekat episenter atau wilayah dengan tingkat populasi tinggi, atau bangunan yang rapuh.

·      Persediaan air – Masalah yang sering muncul biasanya karena rusaknya sistem air, polusi sumur yang terbuka.

·      Kesehatan – kasus luka patah tulang merupakan permasalahan utama.  Ancaman lainnya adalah persediaan air atau rusaknya sistem sanitasi.
Upaya mengurangi resiko
·         Pemetaan hazard (wilayah rawan gempa/bencana)
·         Pelatihan dan program penyadaran masyarakat
·         Penilaian dan mengurangi struktur tingkat kerentanan
·         Manajemen dan pemetaan penggunaan tanah dan pengkodean bangunan
·         Asuransi

Upaya kesiapsiagaan
Mencermati informasi peringatan dini dan kesiapsiagaan gempa bumi

Kebutuhan paska bencana
·         Pencarian dan penyelamatan
·         Bantuan medis darurat
·         Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
·         Bantuan pangan
·         Rekonstruksi/perbaikan
·         Pemulihan ekonomi


2.   Letusan gunung berapi

Karakteristik
Tingkat Kerentanan
Hal yang perlu dipertimbangkan
Gejala :
Bahan dasar letusan gunung berapi adalah magma dan akumulasi tekanan gas yang meningkat mengakibatkan terjadinya semburan magma, yang disebut sebagai letusan.  

Karakteristik umum :
·         Hujan abu
·         Arus pyroclastic/awan panas
·         Aliran lumpur atau puing
·         Lahar
·         Gas
·         Tsunami

Hal-hal yang dapat diprediksikan
Ramalan jangka pendek dalam hitungan jam atau bulan, yang dapat dilakukan melalui teknik pemantauan dan observasi seismik, perubahan tanah, pencatatan perubahan hidrotermal, geokimia, dan geoelektrik.

Faktor penyebab kerentanan
·      Gunung yang kaya tanah (subur) menarik perhatian orang-orang untuk menetap.
·      Struktur dengan desain atap yang tidak tahan terhadap akumulasi abu, akan sangat rentan bahkan dalam jarak bermil-mil dari gunung berapi.

Dampak yang khas
·      Korban – luka, terbakar, aspaksia, keracunan gas, air terkontaminasi bahan kimia.

·      Kerusakan struktur – Arus pyroclastic akan menghancurkan segala sesuatu yang dilewatinya. Abu dapat merusak struktur bangunan/benda tinggi. Abu panas menyebabkan kebakaran. Banjir merupakan hasil dari terputusnya atau berbeloknya arus air. Arus lumpur dapat menyebabkan kerusakan bangunan atau benda lain.

·      Persediaan makanan dan hasil panen – kerusakan disebabkan karena arus abu, lumpur, pyroclastic atau lahar. Peternakan mungkin juga akan terkena dampaknya

Upaya mengurangi tingkat resiko
·          Relokasi/penampungan
·          Manajemen pemanfaatan tanah
·          Evakuasi

Upaya kesiapsiagaan
·         Pemantauan aktifitas gunung berapi
·         Pengembangan rencana kedaruratan gunung berapi
·         Pelatihan dan partisipasi masyarakat

Kebutuhan paska bencana
·         Evakuasi
·         Bantuan medis darurat
·         Survey penilaian kerusakan dan kebutuhan
·         Bantuan pangan, sandang
·         Relokasi/penampungan
·         Pemulihan ekonomi



3.   Tanah longsor

Karakteristik
Tingkat Kerentanan
Hal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
Miring/longsornya tanah dan batuan akibat getaran, perubahan arah air, beban yang berlebihan, cuaca, bergesernya penopang, komposisi aliran air, rapuhan, berkurangnya unsur pengikat tanah, dan lereng buatan manusia.

Karakteristik umum
·         Jenis gerakan tanah longsor bervariasi:  jatuh, longsor, robohnya penopang bumi, dan mungkin juga karena badai, gempa bumi, dan letusan gunung berapi.
·         Lebih luas daripada gejala alam lainnya.

Hal-hal yang dapat diprediksikan
·         Frekuensi kejadian, luas, dan dampak tanah longsor mungkin dapat diramalkan, dan wilayah resiko tinggi juga dapat ditentukan dengan cara memanfaatkan informasi geologi, geomorfologi, hidrologi, klimatologi, dan vegetasi.

Faktor penyebab kerentanan

·         Perumahan/bangunan di lereng, tanah yang rapuh, karang diatas bukit
·         Perumahan/bangunan di dasar lereng, atau lembah
·         Jalur komunikasi dan jalan di wilayah pengunungan
·         Bangunan berpondasi lemah
·         Pipa yang mudah rusak, jalur pipa yang terkubur
·         Kurangnya pemahanan mengenai bahaya dan dampak tanah longsor
Dampak yang khas

·         Kerusakan fisik – Semua yang berada diatas atau sekitar jalur longsor akan mengalami kerusakan. Pecahan batu akan menghalangi jalan, jalur komunikasi atau aliran air. Dampak tidak langsung yang muncul mungkin rusaknya hasil pertanian, hutan, banjir, dan berkurangnya nilai property.
·         Korban – Kefatalan terjadi karena longsornya lereng. Runtuhan puing atau banjir lumpur dapat menyebabkan ribuan korban meninggal

Upaya mengurangi tingkat resiko

·         Pemetaan hazard
·         UU penggunaan tanah
·         Asuransi

Upaya kesiapsiagaan

·         Pendidikan
·         Sistem monitoring (pemantauan), peringatan dan evakuasi
Kebutuhan paska bencana

·         Pencarian dan penyelamatan (menggunakan alat pengerukan  tanah)
·         Bantuan medis
·         Penampungan darurat









4.   Banjir

Karakteristik
Tingkat Kerentanan
Hal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
·         Secara alamiah terjadi secara cepat, di daerah sungai atau pantai karena hujan yang terus menerus atau bersifat musiman.
·         Ulah manusia dalam hal pemanfaatan lahan dan penampungan air.
Karakteristik umum
·         Faktor yang mempengaruhi tingkat bahaya – kedalaman air, durasi, kecepatan air, rata-rata kenaikan air, frekuensi kejadian, cuaca
·         Banjir bandang – bendungan rusak, hujan yang tidak berhenti, hujan lebat secara tiba-tiba
·         Banjir sungai – lambat, dan biasanya musiman
·         Banjir pantai – berhubungan dengan angin tropis, gelombang tsunami, dan badai

Hal-hal yang dapat diprediksikan

Banjir biasanya tergantung pada musim, kapasitas penampungan air, dan survey pemetaan wilayah banjir. Beberapa sistem peringatan mungkin telah dipersiapkan, tetapi kadang hanya sedikit yang dilaksanakan, terutama sebelum banjir bandang dan tsunami terjadi.

Faktor penyebab kerentanan

·         Perumahan yang berada di daerah banjir
·         Kurangnya kesadaran akan bahaya dan dampak banjir
·         Berkurangnya kemampuan penyerapan tanah (erosi, bangunan beton)
·         Pondasi tanah dan bangunan tidak tahan air
·         Elemen infrastruktur yang beresiko tinggi
·         Persediaan bahan pangan, pertanian, dan peternakan dan tidak disimpan dengan baik
·         Industri maritim dan perkapalan ikan
Dampak yang khas

·         Kerusakan fisik – Struktur menjadi rusak atau hanyut, hancur. Tanah longsor karena tanah menjadi basah. Kerusakan dilembah lebih besar daripada di wilayah terbuka
·         Korban – meninggal karena tenggelam, atau luka serius
·         Persediaan air – air tanah dan air sumur yang terkontaminasi. Air bersih mungkin tidak tersedia
·         Kesehatan – penyakit yang mungkin muncul: malaria, diare, infeksi
·         Persediaan makanan dan hasil pertanian– persediaan makanan dan pertanian mungkin rusak

Upaya mengurangi resiko
·         Kontrol banjir – bendungan, saluran air Banjir – kontrol erosi
·         Penilaian resiko dan pemetaan hazard
·         Manajemen penggunaan tanah
·         Mengurangi struktur tingkat kerentanan
·         Penghijauan (reboisasi)

Upaya kesiapsiagaan
·         Deteksi banjir dan sistem penyadaran
·         Pendidikan dan partisipasi masyarakat
·         Pengembangan rencana manajemen wilayah banjir
Kebutuhan paska bencana
·         Pencarian dan penyelamatan
·         Bantuan kesehatan
·         Penilaian bencana
·         Air bersih
·         Penyediaan makanan dan minuman jangka pendek
·         Pemantauan epidemologi
·         Penampungan sementara        



5.   Kekeringan
Karakteristik
Tingkat Kerentanan
Hal yang perlu dipertimbangkan
Gejala
·         Sebab utama – kurangnya curah hujan
·         Sebab lain – El Nino (serangan air permukaan panas ke air yang lebih dingin di Pasifik timur); makhluk hidup dapat menyebabkan perubahan pada permukaan tanah.  

Karakteristik umum
·         Air dan kelembaban akan berkurang
·         Kekeringan secara meteorologi – curah hujan dibawah harapan (kurang), dalam jangka waktu yang lama dan wilayah yang luas.
·         Kekeringan hidrologi – terjadi karena defisit air pada permukaan (kondisi dibawah normal) atau frekuensi air tanah yang kurang.
·         Kekeringan agrikultur – terjadi karena kurangnya frekuensi dan sebaran hujan, penyerapan serta penguapan air yang menyebabkan rusak/berkurangnya lahan pertanian atau peternakan

Hal-hal yang dapat diprediksikan
·         Periode kekeringan yang tidak normal biasanya terjadi pada musim panas yang normal. Belum ada metode yang secara tepat dapat meramalkan waktu dan lama kejadian, kapan berakhir dan kapan akan terjadi lagi.
·         Analisa data klimatologi dapat membantu persiapan penilaian (assessment).
·         Besar – skala kekeringan di Fiji terjadi selama episode, yang dikenal sebagai Gangguan Selatan El Nino (El Nino Southern Oscillation).  Masa ini merupakan siklus 4 – 5 tahunan.
Faktor penyebab kerentanan :

·         Wilayah dengan kondisi panas, dan meningkat menjadi periode kekeringan
·         Wilayah pertanian berada ditanah yang berlapis tipis
·         Kurangnya penghijauan/pepohonan
·         Kurangnya penanaman
·         Suatu wilayah tergantung pada hujan sebagai sumber air
·         Rendahnya daya serap dan kelembaban   tanah
·         Kurangnya kemampuan mengenali sumber hazard kekeringan

Dampak yang khas :

·         Berkurangnya pendapatan petani
·         Peternakan dan pertanian rusak
·         Berkurangnya kualitas dan kuantitas bidang agrikultur (pertanian dan perkebunan)
·         Meningkatnya harga-harga
·         Rata-rata inflasi meningkat
·         Menurunnya status gizi, timbulnya penyakit, kematian, dan kelaparan
·         Berkurangnya sumber air minum
·         Migrasi

Upaya mengurangi resiko :

·         Pengembangan rencana respon antar institusi;

Upaya kesiapsiagaan :

·         Sistem peringatan dini tentang kelaparan dan kekeringan;

Kebutuhan paska bencana

·         Upaya mempertahankan ketersediaan makanan Harga yang stabil
·         Subsidi makanan
·         Program penciptaan lapangan dan tenaga kerja
·         Distribusi makanan
·         Program makanan tambahan
·         Program-program khusus dibidang peternakan dan perkebunan
·         Program kesehatan dan air
·         Rehabilitasi


 




Siklus bencana dan fase-fase dalam Manejemen Bencana

I.     Kunci Materi  :


      Siklus Bencana
 



















   Tanggap Darurat Bencana  :  

Serangkaian tindakan yang diambil secara cepat menyusul terjadinya suatu peristiwa bencana, termasuk penilaian kerusakan, kebutuhan (damage and needs assessment), penyaluran bantuan darurat, upaya pertolongan, dan pembersihan lokasi bencana;

Tujuan :
§  Menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia;
§  Mengurangi penderitaan korban bencana;
§  Meminimalkan kerugian material;    

    


   Rehabilitasi  :  
§  Serangkaian kegiatan yang dapat membantu korban bencana untuk kembali pada kehidupan normal yang kemudian diintegrasikan kembali pada fungsi-fungsi yang ada di dalam masyarakat.  Termasuk didalamnya adalah penanganan korban bencana yang mengalami Trauma Psychologis;
§  Misalnya : renovasi atau perbaikan sarana-sarana umum, perumahan dan tempat penampungan sampai dengan penyediaan lapangan kegiatan untuk memulai hidup baru;
   Rekonstruksi  :
Serangkaian kegiatan untuk mengembalikan situasi seperti sebelum terjadinya bencana, termasuk pembangunan infrastruktur, menghidupkan akses sumber-sumber ekonomi, perbaikan lingkungan, pemberdayaan masyarakat;
Berorientasi pada pembangunan - tujuan : mengurangi dampak bencana, dan di lain sisi memberikan manfaat secara ekonomis pada masyarakat;

   Prevensi  :    
     Serangkaian kegiatan yang direkayasa untuk menyediakan sarana yang dapat memberikan perlindungan permanen terhadap dampak peristiwa alam, yaitu rekayasa teknologi dalam pembangunan fisik;
-          Upaya memberlakukan ketentuan-ketentuan -Regulasi- yang memberikan jaminan perlindungan terhadap lingkungan hidup, pembebasan lokasi rawan bencana dari pemukiman penduduk; Pembangunan saluran pembuangan lahar;
-          Pembangunan kanal pengendali banjir;
-          Relokasi penduduk;

   Kesiapsiagaan Bencana  :  
Upaya-upaya yang memungkinkan masyarakat (individu, kelompok, organisasi) dapat mengatasi bahaya peristiwa alam, melalui pembentukan struktur dan mekanisme tanggap darurat yang sistematis;
 Tujuan : untuk meminimalkan korban jiwa dan kerusakan sarana-sarana pelayanan umum;
  Kesiapsiagaan Bencana meliputi : upaya mengurangi tingkat resiko, formulasi Rencana Darurat Bencana (Disasters Plan), pengelolaan sumber-sumber daya masyarakat, pelatihan warga di lokasi rawan bencana;

   Mitigasi  :
     Serangkaian tindakan yang dilakukan sejak dari awal untuk menghadapi suatu peristiwa alam – dengan mengurangi atau meminimalkan dampak peristiwa alam tersebut terhadap kelangsungan hidup manusia dan lingkungan hidupnya (struktural);
     Upaya penyadaran masyarakat terhadap potensi dan kerawanan (hazard) lingkungan dimana mereka berada, sehingga mereka dapat mengelola upaya kesiapsiagaan terhadap bencana;
§  Pembangunan dam penahan banjir atau ombak;
§  Penanaman pohon bakau;
§  Penghijauan hutan;
   Sistem Peringatan Dini :
§  Informasi-informasi yang diberikan kepada masyarakat tentang kapan suatu bahaya peristiwa alam dapat diidentifikasi dan penilaian tentang kemungkinan dampaknya pada suatu wilayah tertentu;

  
Pengantar Tanggap Darurat.

FASE TANGGAP DARURAT

Tujuan dari fase tanggap darurat adalah :
          Membatasi korban dan kerusakan
          Mengurangi penderitaan
          Mengembalikan kehidupan dan sistem masyarakat
          Mitigasi kerusakan dan kerugian
          Sebagai dasar untuk pengembalian kondisi

Namun, keberhasilan pencapaian tujuan dipengaruhi oleh dua faktor lain, yaitu :
          Informasi è Seberapa banyak informasi yang kita dapatkan mengenai bencana dan akibat yang ditimbulkan
          Sumber Daya è Seberapa kuat sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan sumber daya lokal.

LANGKAH – LANGKAH TANGGAP DARURAT























1.     Kesiapsiagaan individu
          Kesiapsiagaan individu merupakan hal – hal yang harus diperhatikan SEBELUM terlibat dalam tindakan tanggap darurat, karena menyangkut keselamatan diri, dan seluruh anggota lainnya. Termasuk didalam Kesiapsiagaan individu adalah koordinasi PB. Namun karena hal ini dilakukan dalam setiap tahap tindakan tanggap darurat, maka koordinasi PB akan dibahas tersendiri.


2.     Koordinasi PB
          Koordinasi PB adalah segala bentuk komunikasi, baik komunikasi internall maupun eksternal, yang bertujuan untuk mendukung kegiatan penanggulangan bencana. Koordinasi dilakukan dalam setiap tahapan pada tanggap darurat.

3.     Assessment
          Assessment adalah penilaian keadaan. Seperti koordinasi, assessment juga dilakukan dalam setiap tahapan dalam tanggap darurat. Namun, untuk tindakan awal, yang harus dilakukan adalah assessment cepat, yang dilanjutkan dengan assessment  detil.

4.     RenOps -SDP-
          Rencana Operasi atau Service Delivery Plan, adalah sebuah perencanaan yang dibuat berdasarkan hasil dari assessment. RenOps juga merupakan perwujudan dari Action Plan.

5.     Distribusi Bantuan
          Distribusi Bantuan atau relief distribusi adalah langkah berikutnya setelah RenOps disetujui. Dalam distribusi bantuan juga terkait mengenai masalah pergudangan.

6.     Monitor dan evaluasi
          Monitor dan evaluasi  adalah metode untuk memantau kegiatan. Secara garis besar, yang dipantau adalah kegiatan distribusi bantuan, namun dapat juga melihat keseluruhan proses tanggap darurat.







KEBIJAKAN TANGGAP DARURAT PALANG MERAH DAN BULAN SABIT MERAH INTERNASIONAL

          Memberikan bantuan kepada golongan yang paling rentan
          Berperan sebagai perpanjangan tangan dari pelayanan sosial pemerintah
          Melaksanakan tanggap darurat sesuai dengan prinsip – prinsip Kepalangmerahan
          Bekerja sesuai dengan kompetensi Palang Merah, namun tetap harus mengikutsertakan masyarakat penerima bantuan dalam perencanaan dan pelaksanaan program
          Kegiatan berdasarkan pada perencanaan kesiapsiagaan yang telah ditetapkan.
          Bekerjasama dengan masyarakat untuk ketahanan  program
          Program darurat terus dilanjutkan hingga ancaman sudah berkurang, dan bila akan dilanjutkan, maka lebih berfokus pada kerangka mekanisme rehabiltasi
          Memaksimalkan keunggulan strategi International Federation, untuk memobilisasi semua sumber yang ada.
          (Kebijakan ini merupakan kebijakan Federasi, dengan ruang lingkup Masyarakat Palang Merah di dunia. Untuk diterapkan di Indonesia, maka perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Untuk poin 8, sumber daya yang berada dalam keluarga Internasional Federation adalah Masyarakat Palang Merah. Untuk Palang Merah Indonesia, sumber daya yang berada di dalamnya adalah keberadaan PMI Daerah, Cabang, dan Ranting yang tersebar di seluruh Indonesia)
Share this article :

0 komentar :

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | pmi.kaltim | Depkominfo
Copyright © 2011. PALANG MERAH INDONESIA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by pmi.kaltim
Proudly powered by Blogger