Pengertian dan Konsep Pendekatan Berbasis Masyarakat
Pengertian,
Tujuan dan Sasaran Kegiatan yang Berbasis Masyarakat
Community Based atau pendekatan yang Berbasis Masyarakat udalah upaya
pemberdayaan kapasitas masyarakat untuk dapat mengenali, menalaah dan mengambil
inisiatif untuk memecahkan permasalahan yang ada secara mandiri.
Tujuan dari pendekakatan yang berbasis masyarakat adalah meningkatnya
kapasitas masyarakat dan mencoba untuk
menurunkan kerentanan individu, keluarga dan masyarakat luas serta adanya
perubahan PKS masyarakat dalam upaya menangani permasalahan yang terjadi di
lingkungannya. Disamping itu program berbasis masyarakat menggunakan pendekatan
yang berbasis realita bahwa dengan cara-cara yang relatif sederhana dan mudah
dilaksanakan , maka masyarakat di kalangan bawahpun dapat melakukan perubahan
yang positif untuk menuju ke arah yang lebih baik.
Sasaran dari program ini adalah masyarakat rentan yang hidup didaerah rawan
serta bersedia untuk menerima perubahan. Dan juga Penekanan perencanaan program
berbasis masyarakat lebih bersifat internal daripada factor ekternal dengan
pendekatan bottom up, bukan top down. Potensial ancaman tidak di luar, namun di dalam
dengan sistem sosial. Untuk mengurangi tingkat ancaman / bahaya dan risiko kejadian
bencana harus menjadi bagian dari pertimbangan pembangunan
Prinsip-prinsip utama yang diperlukan dalam
menjalankan program berbasis masyarakat
adalah tercermin dalam akronim KAPASITAS yang dapat dijelaskan
berikut ini.
·
Kemitraan
Program berbasis masyarakat hanya akan berhasil optimal bila ada kemitraan,
dan partisipasi yang sangat tinggi dari semua komponen yang ada di sektor
masyarakat, pemerintah maupun institusi / LSM lainnya. Memperkuat kemitraan dan
partisipasi dalam hal ini tidak hanya diarahkan pada penyediaan dana, material
dan tenaga, namun juga dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasianya, termasuk sustainabilitas program.
Memperkuat kemitraan dan partisipasi dimaksudkan juga membina
komunikasi, koordinasi dan kerjasama dari berbagai disiplin dan profesi terkait
seperti meteorologis, pekerja pengembangan masyarakat, praktisi kesehatan
ekonom, biolog, medis/ paramedis, geolog, pekerja sosial, insinyur, konselor,
guru dan sebagainya.
·
Advokasi
Program berbasis masyarakat sangat memerlukan upaya advokasi, sosialisasi,
dan kolaborasi dari semua pihak yang berkepentingan dengan upaya memecahkan
permasalahan yang ada di masyarakat. Advokasi pada pihak-pihak internal PMI
(seperti staff, Pengurus, relawan dan para pelatih) maupun pihak-pihak
eksternal (seperti Pemerintah, Bakornas, Satkorlak, Satlak PB, LSM, Badan,
dinas, masyarakat dan instansi lainnya) sangat menentukan pelaksanaan
program maupun keberlangsungannya. Upaya advokasi ini diharapkan dapat membina
komunikasi dan kerjasama sama yang sangat kuat dalam mencapai tujuan program.
·
Pemberdayaan
Program berbasis masyarakat diharapkan dapat menurunkan tingkat kerentanan
masyarakat dilaksanakan dengan memberdayakan kapasitas masyarakat. Tumbuhnya
ketidakpastian situasi lingkungan, fisik, sosial, ekonomi dan politik
menyebabkan warga dan masyarakat lainnya menjadi sangat rentan terhadap bahaya
dan dampak bencana. Hal ini memerlukan banyak upaya bagaimana masyarakat dapat
diberdayakan kapasitasnya melalui pengorganisasian / mobilisasi masyarakat
dalam kesiapsiagaan bencana, penyadaran sosial dan ekonomi, penyadaran
lingkungan, pendidikan / pelatihan dan sejenisnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam pengambilan keputusan, perencanaan, pembuatan
kebijakan dan program berbasis masyarakat, diperlukan agar masyarakat memiliki akses untuk mengontrol inputs,
proses, outputs dan keberlangsungan program berbasis masyarakat.
·
Analisis
Pelaksanaan Program yang berbasis masyarakat harus berdasarkan hasil
pengenalan situasi, dan analisis internal dan eksternal secara mendalam tentang
kondisi riil masyarakat. Masyarakat harus diajak untuk mengenali situasi
lingkungannya. Setelah itu, mereka harus diajak untuk menganalisis internal dan
eksternal untuk mengetahui permasalahan yang ada , sekaligus penyebab dari
permaslahan itu sendiri.
Hasil analisis yang dilakukannya oleh masyarakat itu sendiri, diharapkan
dapat membuat masyarakat menjadi sadar, bahwa ada hal-hal yang memicu
kerentanan mereka yang mereka buat sendiri atau karena lebih disebabkan karena
faktor eksternal. Mereka sadar bahwa mereka mestinya dapat mengatasi kerentanan
tersebut, asal mereka melakukan upaya-upaya penurunan tingkat bahaya, risiko
dan dampak yang terjadi.
·
Swadaya
Program berbasis masyarakat menggunakan pendekatan Bottom – Up, bukan Top –
Down. Sebagai yang berbasis pada masyarakat, maka keberhasilan pelaksanaannya
sangat bertumpu pada swadaya masyarakat sendiri. Dalam artian, menggunakan
sumber-sumber daya, potensi, dan komponen-komponen yang telah dimiliki oleh
masyarakat. Mulai proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan
evaluasi, masyarakat harus diberikan peran utama. Dalam proyek mitigasi misalnya, harus
memanfaatkan tenaga masyarakat, sumber-sumber material, infrastruktur serta
fasilitas yang ada. Peranan pihak eksternal adalah menfasilitasi dan
menambahkan sumber-sumber yang belum ada, yang pada akhirnya sepenuhnya akan
diserahkan pengelolaannya pada swadaya masyarakat.
·
Integrasi
Program berbasis masyarakat mengintegrasikan model, instrument, metode,
pendekatan dan strategi dengan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah
dimiliki oleh masyarakat setempat. pada
ummnya masyaarakat memiliki pengethuan tersendiri dalam menghadapi permaslahan
yang ada baik yang rasional maupun yang irasional. Dan program ini mengintegrasikan berbagai pola dari berbagai sumber namun
tetap terintitusioan dalam pola dan tananan kehidupan masyarakat setempat.
·
Terfokus
Program berbasis masyarakat harus menfokus pada pemenuhan kebutuhan utama
masyarakat , serta benar-benar memberikan solusi atas permasalahan yang
dihadapi masyarakat. Untuk itu, Program ini
memerlukan pemrograman sistem, prosedur dan pedoman operasional serta
pelibatan penuh masyarakat secara fisik, mental dan emosional. Maksud
diperlukannya pemrograman sistem, prosedur dan pedoman operasional adalah untuk
memastikan efisiensi dan pemanfaatan sumber-sumber daya seperti dana, waktu,
material, informasi dan teknologi yang benar-benar terfokus pada tujuan riil.
·
Aksi nyata
Program berbasis masyarakat mengarahkan keinginan dan komitment semua
pihak, baik PMI, masyarakat dan Pemerintah ke dalam aksi nyata yang lebih kongkret sesuai dengan
tugas dan tanggungjawabnya masing-masing.
·
Sustainabilitas
Program berbasis masyarakat merupakan program yang tidak hanya menfokus kebutuhan
jangka pendek, namun lebih dari itu harus pula berorientasi untuk jangka
panjang. Hasil-hasil yang dicapai serta semua elemen yang mendukung seperti
strategi, pendekatan, model, instrument dan metode yang digunakan harus di
institusionalkan dari generasi ke generasi berikutnya, agar mereka dapat
menjaga, merawat dan mengembangkan program yang telah dilaksanakan.
Sustainbilitas juga berrarti bagaimana masyarakat pada akhirnya dapat mengambil
alih secara mandiri tanggungjawab atas kegiatan-kegiatan di wilayah program
tersebut tanpa lagi bergantung pada pihak pendonor maupun fasilitator dari
luar.
1.
Kebijakan PMI dan IFRC
dalam mengembangkan program yang berbasis masyarakat
Kebijakan PMI dalam program berbasis masyarakat :
·
Disadari bahwa PMI selama ini sangat berhasil dalam operasi tanggap
darurat bencana, namun masih relative kurang dalam hal kesiapsiagaan bencana,
khususnya kesiapsiapsiagaan yang berbasis di masyarakat. Karena itu, Munas PMI
Tahun 2005 merekomendasikan bahwa PMI perlu memperkuat Disaster Preparedness
/Risk Reduction.
·
Dalam Rencana Strategi Menejemen Bencana 2004 – 2009, salah satu
kebijakan yang terkait dengan program
berbasis masyarakat adalah “ Melaksanakan kesiapsiagaan di dalam penanganan
bencana dan konflik yang berbasis pada masyarakat” dan “Menggerakkan generasi
muda dan masyarakat dalam tugas-tugas kemanusiaan.
·
Untuk melaksanakan kebijakan tersebut diatas, PMI Pusat, Daerah dan
Cabang bekerjasama dengan masyarakat dan stakeholder lainnya, khususnya IFRC
dan PNS mengembangkan Program yang berbasis masyarakat di beberapa wilayah yang
rawan bencana.
2.
lingkup kegiatan yang
berbasis masyarakat
program yang
berbasiskan masyarakat mencakup
·
kesehatan : tindakan
peningkatan kapasitas dalam masyarakat sehingga setiap individu dapat kemudahan
dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan baik dalam situasi normal ataupun
darurat
·
Ekonomi : yaitu upaya
peningkatan kapasitas masyarakat yang terkait pada pengamanan sumber-sumber
ekonomi sehingga setiap individu tidak kehilangan sumber-sember penghasilan
baik pada situasi normal maupun dalam situasi darurat
·
Lingkungan : tindakan peningkatan kapasitas masyarakat
yang terkait dengan lingkungan fisik yang dapat mengakibatkan stiap individu
yang ada didalamnya menjadi lebih rentan dan rawan.
3.
tahapan pelaksanaan
kegiatan yang berbasis masyarakat
4.
Pendekatan dan Strategi
program yang berbasis masyarakat
Pendekatan program yang berbasiskan masyarakat memberikan :
·
Kesempatan bagi masyarakat lokal untuk mengenali/mengevaluasi diri
sendiri.
·
Masyarakat tidak hanya menjadi bagian dalam membuat rencana dan
keputusan, tetapi juga menjadi pelaku utama dalam pelaksanaannya.
·
Pendekatan ini tidak mengesampingkan pentingya tujuan pengkajian dan
perencanaan risiko.
·
Mempromosikan solusi yang sesuai dengan kondisi lokal
·
Intervensi dari peningkatan kapasitas yang berintegrasi dalam berbagai
level (Federation, PNS, PMI, Daerah, Cabang, Volunteers) and
·
Mengupayakan keberlangsungan pemecahan masalah di daerah yang rentan
(ancaman, kesehatan,watsan, livelihood, lingkungan dan managemen risiko bencana
iklim, pengembangan kapasitas/volunteer).
Kebutuhan Untuk Integrasi
·
Kesinambungan dan keberlanjutan Program pengurangan risiko bencana
·
Peningkatan kapasitas dan mensinkronkan sumberdaya
·
Mempromosikan partisipasi dan keterlibatan stakeholder
·
Exists opportunities (i.e dalam program recovery dan
rehabilitasi paska tsunami)
Tantangan PMI :
·
Kurangnya strategy berpikir dan budaya untuk membuat perencanaan.
·
Kurangnya stadardisasi & pendekatan cost-effective untuk meningkatkan
kapasitas.
·
Kurangnya sistem standardisasi untuk pengkajian, tindak lanjut,
monitoring dan pelaporan.
·
Kurangnya komunikasi internal dan berbagi informasi;
·
Kurangnya koordinasi dan kerjasama horisontal dan vertikal di dalam
struktur PMI.
·
Kurangya integrasi antara divisi-divisi Kantor Pusat dalam pengembangan
program dan atau pemberiaan pelayanan.
·
Kurangnya kapasitas perencanaan yang partisipatif dan bottom-up.
·
Kurangnya perwakilan masyarakat dalam PMI.
·
Kurangnya pelatihan/orientasi, workshop yang efektif, berkualitas dan
terfokus.
Strategi dalam melaksanakan Program berbasis masyarakat?
·
Strategi Advokasi, dan
Diseminasi
Program yang berbasiskan masyarakat memerlukan dukungan dari semua pihak,
baik masyarakat, pemerintah setempat, PMI maupun lembaga/ dinas, instansi dan
stakeholders lainnya. Dukungan ini dapat diperoleh bila diawali dengan
advokasi, dan diseminasi tentang program kepada pihak-pihak tersebut secara
komprehensif. Diseminasi tujuh prinsip
Palang Merah dan Bulan Sabit merah internasional merupakan langkah awal yang
sangat penting untuk mengetuk hati pihak-pihak terkait tersebut agar sadar dan
memahami pentingnya program yang berbasiskan masyarakat yang pada dasarnya
adalah program pemberdayaan masyarakat serta menyatakan komitmennya untuk
memberikan kontribusinya terhadap program.
·
Strategi Pengembangan
kapasitas
Program berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh PMI dengan memanfaatkan
struktur organisasi yang ada. Capacity building terhadap para staf dan relawan
PMI disegala tingkatan adalah penting guna mencapai tujuan program serta
kesinambungan jangka panjangnya. Capacity building bagi kelompok masyarakat
sendiri adalah sama pentingnya mengingat anggota masyarakatlah yang merupakan
first impacy sekaligus firs responder dari permaslahan yang terjadi di
lingkungannya:
s Membangkitkan kesadaran bahwa masyarakt itu mampu untuk merubah
lingkungannya
s Membangun jaringan kerja antar relawan Palang Merah yang keanggotaannya
juga berasal dari anggota masyarakat;
·
Strategi Partisipatif
Partisipasi aktif
PMI di segala tingkatan adalah sangat penting bagi keberhasilan program. PMI
akan senantiasa ikut serta dalam setiap tahap pelaksanaan program tersebut. Hal
ini termasuk desain, implementasi, manajemen, monitoring dan evaluasi.
Keterbukaan dan transparansi di segala aspek manajemen akan diterapkan guna
menciptakan iklim kesetaraan kepada berbagai pihak terkait.
Keikutsertaan anggota masyarakat dipandang sama pentingnya. Adalah perlu
untuk menciptakan rasa memiliki dan rasa tanggungjawab di tingkat paling bawah
agar dapat mendukung setiap inisiatif program di masyarakat. Perencanaan
Bottom-up di tingkat masyarakat merupakan sarana untuk melibatkan anggota
masyarakat untuk dapat berpartisipasi secara langsung. Partisipasi anggota
masyarakat dalam mengidentifikasi risiko dan prioritas diperlukan dalam
mendesain kegiatan yang relevan dengan keadaan lingkungan setempat.
·
Strategi penyadaran
Gender
Tim persiapan telah memberikan perhatian khusus pada masalah gender serta
strategi untuk mendesainnya. Proyek akan senantiasa bertujuan untuk memastikan
bahwa keterlibatan kaum wanita bukan saja sebagai pihak yang meneriba manfaat
langsung namun juga diberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam
membuat keputusan. Agar tujuan tersebut dapat dicapai, maka proyek telah
mengidentifkasi perlunya kerjasama dengan PMI dalam rangka mengembangkan
kebijakan gender.
·
Strategi Penyadaran
Sosial
Program saat ini memberikan prioritas tertnggi pada pembangunan kapasitas
masyarakat. Sungguhpun demikian, PMI mengakui perlu untuk memberikan perhatian
khusus kepada lingkungan sosial di beberapa wilayah di Indonesia, dimana
berbagai kegiatan akan dilaksanakan. Walaupun bukan merupakan peran PMI untuk
bertindak sebagai mediator bagi pertikaian setempat dan/atau dalam sebuah
konflik, namun PMI tetap perlu memberikan perhatian terhadap risiko yang
terlibat jikalau program dilaksanakan di wilayah-wilayah yang ditandai oleh
ketegangan sosial.
Langkah pertama adalah menjauhi pemikiran bahwa pencegahan ketegangan
sosial dan reduksinya adalah merupakan program khusus dan terpisah. Namun jika
kita melibatkan seluruh komponen masyarakat dalam setiap kegiatan dan
dilaksanakan menurut cara yang benar, maka ia akan mempererat hubungan sosial
melalui pengurangan kerentanan di masyarakat, yang berdampak pada risiko
ketegangan dan potensi terhadap terjadinya konflik. Pada saat yang sama program
akan menjadikan pengurangan risiko lebih spesifik melalui internalisasi
aspek-aspek seperti kesadaran dini, analisa sosial, transparansi dan
meningkatnya mekanisme pemecahan masalah.
·
Strategi Kerjasama
Multi-sektoral
Akibat yang ditimbulkan dari semua permasalahan bisa sangat besar dan dapat
mempengaruhi kehidupan, kesehatan, lingkungan serta ekonomi. Oleh sebab itu,
bekerja pada program yang berbasis masyarakat mensyaratkan adanya kerjasama
multi-sektoral di segala tingkatan. Koordinasi dan kerjasama didalam PMI
ataupaun kerjasama dengan lintas sektoral yang terlibat baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Selain itu juga perlu menetapkan mekanisme koordinasi
resmi seperti Programme Management Committees, yang akan bertanggungjawab dalam
penyelenggaraan kerjasama multi-sektoral.
·
Strategi Implementasi
yang Bertahap
Program ini akan diimplementasikan secara bertahap, dimana proses tersebut
memungkinkan PMI untuk menata system dan struktur manajemen baru serta belajar
dari pengalaman dua tahun pertama proram sebelum memperbesar jumlah kelompok
masyarakat sasaran program.
5.
contoh program PMI yang
berbasis masyarakat
contoh program PMI yang
berbasis masyarakat adalah :
·
CBDP/KBBM (Community
Based Disaster Preparedness/Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat)
·
ICBRR/Pertama
(Integrated Community Based Risk Reduction/Pengurangan Risisko Terpadu Berbasis
Masyarakat)
·
CBFA
(Communituy Based First Aid)
·
CBR (Community Based
Reconstruction)
·
ICBRR/CC
(Integrated Community Based Risk Reduction/Climate Change)
TeknikPenyuluhan
1.
Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan adalah
penyampaian pesan kepada masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu
melaksanakan isi pesan dalam suasana hubungan tatap muka antara dua kelompok.
Kelompok atau individu yang menyampaikan pesan disebut penyuluh dan yang
menerima pesan disebut klien. Elemen – elemen yang ada dalam penyuluhan adalah
penyuluh, klien, pesan dan organisasi penyuluh. Tujutan utama dari penyuluhan
aalah adanya perubahan Pengetahuan Sikap dan tindakan dari klien menjadi
seperti yang penyuluh harapkan.
Seringkali disebutkan
bahwa penyuluhan adalah suatu metode dari bimbingan dengan demikian keberhasilan
bimbingan tersebut ditentukan bagaimana penyuluhan itu dilakukan. Untuk dapat
melakukan penyuluhan yang baik penyuluh dituntut untuk menguasai pengetahuan
tentang isi pesan yang akan disampaikan serta menguasai keterampilam
melaksanakan penyuluhan
2.
Metode Penyuluhan
Beberapa metode yang
bisa dilaksanakan dalam melaksanakan penyuluhan antara lain
·
Penyuluhan dengan
memperlihatkan gambar
Penyuluh memperlihatkan
gambar yang kontradiktif yaitu gambar jika isi pesan dilaksanakan dan gambar
jika isi pesan tidak dilaksanakan sehingga klien dapat melihat langsung dampak
dari pesan tersebut. Atau penyuluh memberikan gambar yang merupakan urutan
suatu kegiatan dan klien diminta untuk mengurutkan gambar tersebut sehingga
menjadi suatu pesan yang disampaikan
·
Penyuluhan dengan
permainan/simulasi/peragaan
Penyuluh memberikan
permainan/simulasi/peragaan yang berkaitan dan berhubungan dengan isi pesan
sehingga klien dapat lebih cepat menangkap maksud dari pesan tersebut
·
Penyuluhan dengan
belajar sambil mengerjakan praktek
Penyuluh menjelaskan
isi pesan secara terperinci dan selanjutnya bersama-sama klien mempraktekkan
isi pesan tersebut sehingga klien dapat paham dan mengerti apa yang telah
disampaikan
·
Penyuluhan dengan
memberikan contoh
Penyuluh menjelaskan
kepada klien bahwa apa yang dijelaskan telah dilakukan dan telah menunjukkan
keberhasilannya dan akan lebih mengena lagi jika klien mendengar langsung dari
orang yang sudah mencoba sehingga klien akan tertarik untuk melakukannya
·
Penyuluhan dengan
keteladanan
Penyuluh dengan
keteladanan ini dilakukan oleh sosok yang dalam kehidupan sehari-hari menjadi
suri tauladan bagi masyarakat disekitarnya, maka masyarakat juga akan tergerak
untuk mencobanya
3.
Prinsip Dasar
Penyuluhan
Untuk dapat
berlangsungnya proses penyuluhan dengan baik, ada beberapa prinsip dasar yang
perlu diketahui dan diperhatikan:
a.
Niat (intention)
Hal diatas adalah hal
yang paling sederhana namun oenting untuk mengetahuinya. Dalam Niat ini kita
harus tahu apayang akan disampaikan kepada klien, dan penyuluh harus tahu dan
menguasaai apa yang ajakn disampaikan sehingga akan menambah ras percaya diri
kepada pnyuluh.
Hal kedua penyuluh
harus tahu siapa dan latar belakang klien yang akan dihadapi sehingga bisa
menentukan metode yang akan dilaksanakan dan penyuluhan bisa berjalan efektif
Hal ketiga adalah
penyuluh harus menjabarkan secara jelas apa yang ingin dicapai dari penyuluhan
tersebuit, sehingga bisa dinilai apakah penyuluhan yang dilaksanakan berhasil
atau tidak
Hal keempat adalah
waktu penyuluhan, penyuluh harus bisa mendapatkan waktu yang tepat sehingga
penyuluhan bisa berjalan efektif selain itu perlu dipikirkan durasi penyuluhan
itu sendiri dengan memikirkan bahwa dengan penyuluhan selama itu maka akan
terjadi perubahan terhadap masyarakat
b.
Minat-perhatian
(attention)
Apa yang disampaiakan
hendaklah bisa menarik minat atau perhatian dari klien sehingga pesan yang
disampaikan bisa diterima oleh klien,
untuk menarik minat atau perhatian bisa digunakan panca indera untuk
mengadakan hubungan atau kontak, mengenak dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan
c.
Tanggapan-pandangan
(perception)
Makna pesan yang
disampaikan kepada klien tergantung pada pandangan atau persepsi sasaran. Bagaimana mereka menafsirkan informasi yang diterima tergantung pada
pendidikan, pekerjaan, pengalaman dan kerangka pemikirannya. Dan hal yang
mutlak yang dilakukan oleh penyuluh untuk menyamakan persepsi antara penyuluh
dan klien. Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari latar belakang klin dan
mengaitkan pesan yang akan disampaiaka dengan latar belakang tersebut sehingga
bisa dipahami oleh klien
d.
Ingatan (retention)
Setelah penyuluhan
diharapkan klien tetap menyimpan dan mengingat pesan yang telah disampaikan
untuk itu pesan yang diberikan serta penyampaiannya haruslah menarik
e.
Peranserta (participational)
Peranserta adalah
pelengkap dari semuua prinsip, untuk meningkatkan minaty kita bisa meningkatkan
peran serta pancaindera dan peran serta sasaran, untuk meningkatkan persepsi
kita bisa meningkatkan peran serta sasaran dengan mengadakan diskusi, tanya
jawab ataupun hal lainnya begitu juga prinsip yang lainnya
Hal terakhir yang perlu
dilakukan setelah penyuluhan adalah dengan melakukan evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhsilan dari penyuluhan
0 komentar :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !